Rabu, 09 November 2011

Kang Soleh naik becak menuju sorga

Ketika itu yang mengantri paling depan adalah Kyai Alim. Maka berkatalah Malaikat penghitung kepadanya: “ He fulan, melihat kitab catatan amalmu kamu harus masuk neraka !” demikian Malaikat berkata sambil membentak. “ Perkenalkan, nama saya Alim, selama hidup saya adalah seorang kyai yang wara’, zuhud dan ‘alim serta selalu mengamalkan dan mengajarkan ilmu saya kepada banyak sekali murid di pesantren saya, seumur hidup saya selalu membaktikan diri saya untuk agama dan umat, kenapa saya mesti masuk neraka ?“ Kyai Alim berupaya memprotes. “ Iya betul, tetapi dalam setiap amaliyahmu selalu terselip perasaan ujub, kau selalu merasa paling alim, paling wara’, paling zuhud, paling khusyuk, maka kau tak pantas masuk syurga, karena sifat ujub adalah bagian dari kesombongan, tempatmu adalah neraka, maka pergilah kau kesana!”, Malaikat membentak, lalu melemparkannya ke neraka. Pengantri yang kedua adalah Lurah Somad, yang kemudian dipanggil pula untuk menghadap. “ He fulan, melihat kitab catatan amalmu kamu harus masuk neraka !” Malaikat berkata kepada Lurah Somad. “Lho kok bisa begitu Malaikat ? “ protes Lurah Somad. “Padahal selama hidup saya tidak pernah maksiyat kepada Allah, saya selalu menjalankan perintah agama dengan sungguh-sungguh, dan juga sewaktu menjadi Kepala Desa saya selalu bersikap adil, jujur, amanah, mengayomi seluruh rakyat saya, mensejahterakan kehidupan mereka serta menjadikan desa saya adil, makmur dan sejahtera”, jelas Lurah Somad membela diri.“Benar Lurah Somad, tetapi perlu kau ketahui bahwa dibalik sikap adilmu dan pengayomanmu kepada rakyatmu karena engkau kepingin terkenal, kepingin masyhur, dan kepingin dipuja-puja oleh rakyatmu, agar melanggengkan kekuasaanmu, sifat seperti ini adalah bagian dari kesombongan, dan kau harus masuk neraka !”, dengan bengis Malaikat berkata, kemudian menyeretnya menuju neraka. Berikutnya yang datang menghadap adalah Haji Badri. “He fulan, melihat kitab catatan amalmu kamu harus masuk neraka !” bentak Malaikat kepada Haji Badri. “Mohon maaf Malaikat yang terhormat, mengapa saya harus masuk neraka, dahulu sewaktu masih hidup didunia, saya seorang yang dermawan, hampir seluruh harta saya belanjakan di jalan Allah, untuk berzakat, infaq dan sedekah, pendeknya setiap orang yang membutuhkan uluran tangan saya selalu saya bantu, hutang piutang mereka saya lunaskan, kesulitan mereka saya mudahkan”, Haji Badri mencoba menerangkan. “ Ketahuilah wahai Haji Badri, semua kedermawananmu itu sia-sia belaka, karena kau menyembunyikan perasaan riya’, pamer dan mengharapkan pujian dari manusia lain, dengan demikian kau telah berbuat kesombongan, maka dari itu tempatmu adalah neraka !”, sambil berkata demikian Malaikat membuang Haji Badri kedalam neraka. Kemudian datanglah kang Soleh dengan mengendarai becaknya mengantri dihadapan Malaikat. “ He fulan, melihat kitab catatan amalmu kamu pantas masuk syurga !” Malaikat berkata dengan lembut kepada kang Soleh. “ Karena dibalik kemiskinannmu kamu tidak berputus asa dari rahmat Allah, kamu selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluh, serta semua ibadah yang kamu lakukan dilandasi rasa ikhlas semata-mata kepada Allah, maka dari itu Allah mengganjarmu dengan syurga-Nya “, Malaikat melanjutkan penjelasannya. “ Terima kasih wahai Malaikat, tetapi saya tidak mau masuk syurga kalau Kyai Alim juga tidak masuk syurga !”, kata kang Sholeh. “ Lho kenapa ?”, tanya Malaikat. “ Sebab, saya bisa tahu cara beribadah, saya belajar teori keikhlasan adalah karena saya berguru dan mengaji kepada Kyai Alim, maka saya tidak mau masuk syurga jika guru saya Kyai Alim tidak dimasukkkan ke syurga !”, harap kang Sholeh. “ Baik, baik, atas kemurahanmu, Kyai Alim boleh masuk syurga bersamamu “, kata Malaikat. “ Iya tetapi saya tetap tidak mau masuk syurga, jika Lurah Somad tidak masuk syurga “, kang Sholeh menyanggah lagi. “ Lho ada apa ini ?”, heran Malaikat. “ Karena berkat keadilan Lurah Somad serta perlindungannya kepada kaum miskin seperti saya, maka saya merasa hidup tentram dan nyaman di desa itu, maka saya mohon agar Lurah Somad bisa masuk syurga bersama saya “, kang Soleh memohon. “ Boleh, boleh, berkat kemurahanmu pula, Lurah Somad bisa masuk syurga bersamamu “, kata Malaikat. “ Malaikat boleh tidak aku minta satu permintaan lagi ?”, tanya kang Soleh. “ Apa permintaanmu selanjutnya ?”, balik tanya Malaikat. “ Aku minta Haji Badri, dimasukkan syurga pula bersamaku ,” jawab kang Soleh. “ Apa alasan yang kamu ajukan, mengajak Haji Badri ke syurga bersamamu ?”, kembali Malaikat bertanya. “ Karena Haji Badri sering kali membantuku jika aku kesulitan, dan harap diketahui wahai Malaikat, bahwa becak yang merupakan saranaku mencari rejeki dengan halal di jalan Allah ini merupakan pemberian dari Haji Badri, demikian harap kiranya Haji Badri dimasukkan syurga bersama saya ,” harap kang Soleh. “ Baik, baik, sebab kemurahanmu kalian berempat boleh masuk syurga bersama-sama “, demikian Malaikat menutup persidangan empat orang tersebut. Lalu mereka berempatpun bersama-sama naik syurga dengan membonceng becak kang Soleh, yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Wallaahu A’lam Bishowab. ---- Kisah tersebut, diambil dari Buku "Kang Soleh Naik Becak Menuju Sorga" karya Rudi Setiawan.

Yuk baca lanjutannya......

Selasa, 11 Oktober 2011

Bila Al Qur'an bisa bicara !

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatikud engan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra Sekarang engkau telah dewasa, nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku, apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja? Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan. Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau, sekarang pagi-pagi sambil minum kopi engkau baca Koran pagi ataunonton berita TV Waktu senggang engkau sempatkan membaca buku karangan manusia sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan... Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah). Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja di Komputermu pun kau putar musik favoritmu, jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali itupun hanya beberapa lembar dariku dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku. Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya. Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu, setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu. Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...di kuburmu nanti....Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan yang akan membantu engkau membela diri bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu yang senantiasa setia menemani dan melindungimu Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah. Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu letakkan aku selalu di depan meja kerjamu agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu Sentuhilah aku kembali...daca dan pelajari lagi aku....setiap datangnya pagi dan sore hari seperti dulu....dulu sekali...waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...di surau kecil kampungmu yang damai, jangan aku engkau biarkan sendiri....dalam bisu dan sepi....Maha Benar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Yuk baca lanjutannya......

Istana Umar bin Khattab

“Dimanakan istana raja negeri ini?” tanya seorang Yahudi dari Mesir yang baru saja tiba di pusat pemerintahan Islam, Madinah. “Lepas Dzuhur nanti beliau akan berada di tempat istirahatnya di depan masjid, dekat batang kurma itu,” jawab lelaki yang ditanya. Dalam benak si Yahudi Mesir itu terbayang keindahan istana khalifah. Apalagi umat Islam sedang di puncak jayanya. Tentu bangunan kerajaannya pastilah sebuah bangunan yang megah dengan dihiasi kebun kurma yang rindang tempat berteduh khalifah. Namun, lelaki itu tidak mendapati dalam kenyataan bangunan yang ada dalam benaknya itu. Dia jadi bingung dibuatnya. Sebab di tempat yang ditunjuk oleh lelaki yang ditanya tadi tidak ada bangunan megah yang mirip istana. Memang ada pohon kurma tetapi cuman sebatang. Di bawah pohon kurma, tampak seorang lelaki bertubuh tinggi besar memakai jubah kusam. Lelaki berjubah kusam itu tampak tidur-tiduran ayam atau mungkin juga sedang berdzikir. Yahudi itu tidak punya pilihan selain mendekati lelaki yang bersender di bawah batang kurma, “Maaf, saya ingin bertemu dengan Umar bin Khattab,” tanyanya. Lelaki yang ditanya bangkit, “Akulah Umar bin Khattab.”Yahudi itu terbengong-bengong, “Maksud saya Umar yang khalifah, pemimpin negeri ini,” katanya menegaskan. “Ya, akulah khalifah pemimpin negeri ini,” kata Umar bin Khattab tak kalah tegas. Mulut Yahudi itu terkunci, takjub bukan buatan. Jelas semua itu jauh dari bayangannya. Jauh sekali kalau dibandingkan dengan para rahib Yahudi yang hidupnya serba wah. Itu baru kelas rahib, tentu akan lebih jauh lagi kalau dibandingkan dengan gaya hidup rajanya yang sudah jamak hidup dengan istana serba gemerlap. Sungguh sama sekali tidak terlintas di benaknya, ada seorang pemimpin yang kaumnya tengah berjaya, tempat istirahatnya cuma dengan menggelar selembar tikar di bawah pohon kurma beratapkan langit lagi. “Di manakah istana tuan?” tanya si Yahudi di antara rasa penasarannya. Khalifah Umar bin Khattab menuding, “Kalau yang kau maksud kediamanku maka dia ada di sudut jalan itu, bangunan nomor tiga dari yang terakhir.” “Itu? Bangunan yang kecil dan kusam?” “Ya! Namun itu bukan istanaku. Sebab istanaku berada di dalam hati yang tentram dengan ibadah kepada Allah.” Yahudi itu tertunduk. Hatinya yang semula panas oleh kemarahan karena ditimbuni berbagai rasa tidak puas hingga kemarahannya memuncak, cair sudah. “Tuan, saksikanlah, sejak hari ini saya yakini kebenaran agama Tuan. Ijinkan saya menjadi pemeluk Islam sampai mati.” Mata si Yahudi itu terasa hangat lalu membentuk kolam. Akhirnya satu-persatu tetes air matanya jatuh.

Yuk baca lanjutannya......

Minggu, 09 Oktober 2011

rangkaian Comparator

nih ada sdikit tentang rangkain Comparator
download disini

Yuk baca lanjutannya......

Istiqomah

Suatu hari dalam wawancara di perusahaan multinasional, pada saat setelah wisuda bachelor degree. “Kenapa kamu memilih penampilan seperti ini?” tanya sang pewawancara kepada seorang fresh graduate yang mengenakan pakaian gamis panjang, berjenggot panjang dan peci selalu menempel di kepala.

“Karena saya cinta kepada Rasul saya,” jawabnya singkat.

“Saya akan memberi kamu pekerjaan dengan gaji 3.000 Dollar perbulan jika kamu mau mengubah penampilan kamu,” tantang si pewawancara.

Dengan santai sang pelamar menjawab, “Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti test wawancara ini,” dan tenang langkah santai dia keluar ruangan wawancara.

Beberapa jam sebelum wawancara di sebuah bus stop depan asrama. Sang Abang, yang kebetulan juga senior aku di sekolah asrama di Jawa Tengah dulu, berkata “Do’ain Abang ya, mau wawancara nih.”

Waktu itu saya benar-benar kaget, karena latar belakang saya adalah hedonisme, saya langsung bilang, “Please lah Bro, gila aja Abang memilih penampilan seperti ini, bisa-bisa bukannya dapat kerjaan, malah dikira teroris kali.”

Dengan senyum di bibirnya dia menjawab, “Insya Allah, Allah memudahkan”

Beberapa hari setelah hari wawancara, sang abang menemui saya di Mushala, sambil berkata,“Lagi bingung nih”. Saya dengan santai menjawab, “Ada apa? Dituduh teroris saat wawancara?”

Dengan nada lebih santai dia menjawab, “Alhamdulillah, justru aku bingung harus pilih yang mana, ada beberapa perusahaan multinasional menerima aku, dan professor pembimbing skripsiku juga menawarkan tempat untuk melanjutkan belajar langsung ke jenjang S3.”

Waaakkksss...

“Kuya lu, itu mah masalah yang membahagiakan, bukannya aplikasi program master by research juga diterima?” timpalku, “Alhamdulillah…” jawab dia dengan senyum khasnya. “Kapan makan-makan?” permintaanku pada sang abang. “Insya Allah,” jawab dia.

Sebulan kemudian kami baru bertemu lagi, karena aku mudik ke Indonesia selama liburan semester. Kita janjian di sebuah hawker center di seberang komplek universitas.

“Dua nasi ayam,” kataku pada penjual nasi ayam.

“Minum?” kataku.

“Gah ah, abis gelasnya bekas dipake buat minum bir sih,” jawab dia sambil menunjuk gelas bergambar lambang minuman bir.

“Lah kan dah disucikan make air, airkan mensucikan,” debatku sok pintar.

“Ya udah, aku beli teh hijau kaleng ya,” jawab dia menyudahi perdebatan itu.

Dasar senior aneh, dia tetep tidak memakai gelasnya, dia langsung minum dari kalengnya. “Cape deeehhh...”

“Gimana Bro, jadinya pilih yang mana?” tanyaku penasaran.

“Alhamdulillah, aku pilih melanjutkan belajar di bawah bimbingan professorku,” jawab dia.

“Gila bettt, Abang tidak mau memilih kerjaan yang menawarakan 3.000 Dollar perbulan itu?”

Jawab dia, “Imanku belum siap untuk mendapatkan ujian itu.”

“Cape deeehhh…” sahutku.

Dia melanjutkan ceritanya, “Aku ada cerita buat kamu, temen kita sampai sekarang belum mendapatkan pekerjaan. Yang menarik dari cerita ini, saat wawancara, dia juga menerima tantangan seperti yang aku dapat. Kalo dia mau mencukur jenggotnya, besok datang untuk wawancara terakhir dan lebih dari 3.000 Dollar gaji perbulan bisa dia dapatkan. Mungkin karena dia kurang istiqamah menjalani sunnah yang satu ini, akhirnya dia mencukur jenggot yang telah dia pelihara sejak tingkat satu. Dan apa yang terjadi?”

“Apa?” timpalku sambil tetap menikmati ayam goreng di meja.

“Pada hari berikutnya sang pewawancara berkata, 'Sungguh picik pemikiran kamu. Kalau masalah agama yang paling mendasar dikehidupan kamu saja kamu kalahkan hanya demi 3.000 Dollar perbulan, lalu apa yang akan terjadi dengan perusahaan saya'.”

“Lho... ” jawabku sambil melongo.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Penampilan sang Abang tetep seperti itu, tak berubah sedikitpun. Aku salut atas istiqamah dia menjalankan sunnah Rasul.

Beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, warung nasi ayam, “Bang, kumpeniku butuh domain expert di bidang expertise yang Abang dalami, aku bisa gaji abang $100 perjam sebagai domain expert consultant,” tawarku.

“Or gaji $5.000 perbulan sebagai full time consultant kalo mau cukur itu jenggot,” candaku.

Seperti biasa dia bisa menjawab, “Sejak kapan junior berhak memerintah senior, gini aja, aku bisa bantu kalian untuk mendapatkan pahala, angkat aku jadi CEO di kumpeni kamu, ntar semua profit dari tiap-tiap project akan aku sumbangkan buat masjid-masjid yang masih punya banyak utang kepada bank pemerintah. Gimana?”

“Cape deeehhh…”

“Bang, kapan nikah, sudah dapat kerja yang Alhamdulillah enak, sudah dapat gelar master. Banyak tuh junior-junior kita yang pasti akan menerima Abang kalo Abang mau.”

Dengan ringan sambil bercanda dia menjawab, “Wah, aku ga mau nikah dengan cewek yang kenal dengan kamu.”

“Cape deeehhh…” sahutku.

Alhamdulillah, Allah telah mengantarkan jodoh sesuai dengan yang dia inginkan. Alhamdulillah lagi terakhir dia contact aku, dia berkata, “Do’ain aku nyusul kamu jadi bapak, Isteri dah isi 3 bulan”.

“Gila, akurat juga dikau, bukannya nikahnya juga baru 3 bulan yang lalu?” candaku.

“Cape banget deeehhh…” jawabnya santai.

Ya Allah, aku bersyukur Engkau telah pertemukan hambaMu dengan makhluk yang satu ini, kuatkanlah iman dia untuk istiqamah menjalaninya. (Abu Shafiyya)

Yuk baca lanjutannya......